Monday, October 25, 2010

Exposure Dan Pencahayaan Dalam Fotografi

Teknik fotografi sangat banyak salah satunya dan yang paling penting adalah pengaturan exposure dan cahaya dimana kita mengatur seberapa banyak cahaya yang masuk untuk terang-gelapnya suatu objek. Pengaturan exposure dan cahaya merupakan kunci keberhasilan untuk menghasilkan gambar yang di inginkan. Pengaturan cahaya ini berkaitan dengan Segitiga Fotografi yaitu diafragma (aperture), kecepatan rana (shutter speed) dan ISO.
Aperture merupakan besarnya bukaan pada lensa yang menentukan banyaknya cahaya yang masuk dan yang akan ditangkap oleh sensor atau film seluloid. Besar-kecilnya aperture akan mempengaruhi tajamnya suatu gambar. Semakin kecil aperture maka gambar yang dihasilkan memiliki ketajaman yang lebih, namun sebaliknya semakin besar aperture maka gambar yang dihasilkan memiliki nilai ketajaman yang minim.

Pengaturan aperture mempengaruhi shutter speed yang dibutuhkan. Semakin besar aperture maka shutter speed yang dibutuhkan akan semakin cepat. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar aperture semakin banyak cahaya yang akan masuk, untuk mengimbanginya maka shutter speed yang kita butuhkan akan semakin cepat agar komposisi cahaya yang masuk tidak terlalu berlebihan (over exposure). Begitu juga sebaliknya (under exposure). Exposure adalah banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.
  1. Over Exposure, yaitu pencahayaan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh shutter speed yang tidak sesuai. Bisa terlihat apabila posisi indikator dalam garis matering berada pada area (+). Akibat dari over exposure, gambar yang dihasilkan terlihat lebih putih dan terang, warna asli yang ada tidak terlalu menonjol. Over exposure juga bisa di sebabkan karena flash yang terlalu kuat atau terlalu dekat dengan objek. Ada yang menyebutkan over exposure dengan istilah harz.
  2. Under Exposure, adalah kebalikkan dari over exposure, yaitu kekurangan pencahayaan. Penyebabnya juga terletak pada shutter speed, posisi indikator dalam garis matering berada pada area (-).
ISO, mudahnya adalah suatu kemampuan teknologi sensor untuk penangkapan cahaya. Semakin tinggi ISO yang digunakan, semakin banyak pula cahaya yang ditangkap oleh sensor, namun penggunaan ISO yang tinggi dapat menimbulkan noise yang tidak di inginkan. Noise tersebut berupa bintik-bintik kecil yang tersebar pada gambar sehingga berkurangnya kualitas gambar, noise akan semakin jelas apabila di zoom- in. Biasanya ISO dinaikkan saat masalah pencahayaan yang sangat minim tidak bisa di atasi oleh pengaturan aperture dan shutter speed. ISO yang besar tapi memiliki sedikit noise biasanya didapatkan di kamera-kamera SLR atau DSLR yang pro, contoh kamera DSLR yang memiliki ISO yang baik adalah Nikon D3s yang memiliki ISO paling tinggi diantara kamera DLSR Nikon saat ini.

Ketiga point tersebut atau yang bisa kita sebut Segitiga Fotografi (Aperture, Shutter Speed, ISO) biasanya bisa di atur pada camera pocket level atas, camera SLR, dan camera D-SLR yang memiliki shooting mode-manual. Pada shooting mode-manual biasanya komposisi cahaya yang didapatkan lebih tepat daripada menggunakan shooting mode-auto, namun semua itu masih tergantung si pengguna kamera juga. Kita pun harus mengerti posisi dan sifat-sifat cahaya agar dapat menentukan exposure yang tepat.
  1. Cahaya di pagi hari. Mengambil gambar pada pagi hari sangat di anjurkan pada kisaran pukul 06.00 - 09.00, karena cahaya pada pagi hari menghasilkan tonal warna yang lembut. Foto relatif bagus, foto landscape maupun foto portrait.
  2. Cahaya di siang hari. Cahaya luar (outdoor) pada siang hari sangat kuat, sehingga bisa menghasilkan gambar yang pucat, warna tidak terlalu kelihatan berbeda dan cenderung over exposure, maka sangat tidak disarankan mengambil gambar pada siang hari.
  3. Cahaya di sore hari. Cahaya pada sore hari juga cenderung bagus seperti pagi hari terutama kisaran pukul 16.00 keatas apalagi saat intensitas cahaya matahari berkurang.
  4. Cahaya di malam hari. Memanfaatkan cahaya yang dihasilkan oleh lampu sebagai cahaya luar sangat baik, dan jangan terlalu mengandalkan flash karena akan mempengaruhi hasil gambar yang tidak alami. Biasanya pada malam hari sering menggunakan bantuan tripod karena shutter speed yang digunakan cenderung rendah.
  5. Cahaya dari depan objek. Mengambil gambar dalam keadaan objek menghadap cahaya secara merata akan sangat baik dengan syarat komposisi cahaya tidak terlalu terik/terang. Hasil gambar akan terlihat jelas, walaupun terdapat sedikit bayangan (shadow) pada objek tidak akan mengurangi kualitas gambar, justru menambah nuansa foto.
  6. Cahaya dari belakang objek. Jangan pernah melakukan pengambilan gambar yang menantang cahaya matahari yang terlalu terik, objek akan terlihat gelap dan warna di sekitar objek menjadi kurang bagus. Kecuali dilakukan pada saat ingin mengambil gambar siluet, dengan komposisi cahaya pada saat sunset.

No comments:

Post a Comment